"welcome to cerpenku... "

Selasa, 10 Mei 2011

PERBINCANGAN PADA SENJA

Kau kembali
ketika senja menebar perunggu
di keluasan cakrawala.
Dan aku tak mampu mengubah warna senja,
agar kau bahagia.
Tanya itu adalah bisa bagi jiwaku yang hampa.
Kau kembali! Aku seakan tak percaya pada penglihatanku sendiri. Jujur saja, aku rindu kebersamaan kita di masa lalu. Ahh…ternyata senja membawamu padaku.
“Kau tak berubah!” katamu saat aku berteriak melihat kedatanganmu.
“Gerangan apa yang membawamu kemari?” kataku.
“Naluriku berbisik agar aku kemari, akhirnya kukendarai angin kerinduan ini untuk sampai di depan pintumu.” Kau masih juga seperti dulu, pandai berkata-kata.
“Ternyata kebiasaan menggombalmu masih belum hilang!” kataku lagi.
“Sebab aku belajar darimu,” katamu.
Kau keluarkan sebatang rokok, masih dengan merk yang sama.
Lalu kami duduk memandang senja. Aku masih terus saja mengagumi senja, padahal setiap hari, senja ini terlewati. Anehnya aku tak merasa bosan menelan jingganya.
“Masih dengan 234 Bung!” kataku lagi mencoba mencari perubahan dalam dirimu.
“Semasih aku mampu. Kau masih ingat? Pertama kali menghisap rokok ini kau marah habis-habisan. Dari situ bila hendak menemuimu selalu ku sembunyikan batang rokok ini, berharap bisa nyaman denganmu,.” Dengan cepat kau nyalakan rokok itu dan menghisapnya dalam-dalam. “tetapi….sekarang toh..aku ternyata memang tak bisa bersamamu, buat apa kusembunyikan lagi rokok ini?”
“Aku memang bodoh. Aku telah menganggapmu sama seperti perempuan lain. Maafkan aku,” kini di wajahmu tergambar keseriusan.
“Sudahlah! Lupakan saja, sebab bukan hanya kau yang berkata demikian. Seniorku di kampus pun berkata seperti itu.” Aku tersenyum agar kau tak terlalu merasa bersalah.
“Oh ya, kau belum bercerita tentang kampusmu! Sudah ketemu jodoh belum?” kini tawamu terdengar nakal.
“Biasa saja, tak ada yang menarik. Hanya kejenuhan-kejenuhan itu kini semakin sering mendatangiku.” Menatap senja membawaku seperti melayang.
“Carilah pacar! Agar kau tak bosan.” Matamu pun sama. Menakjubi senja dan awan-awan berwarna perunggu.
“Entahlah, aku tak bisa. Mencoba mencintai seseorang ternyata sulit, lebih sulit daripada dicintai. Sampai saat ini, aku belum bisa jatuh cinta,” kutatap wajahmu, terkenang aku pada masa-masa yang lalu.
“Maafkan aku. Bertanya hal itu padamu.” Kini kau merasa teramat bersalah.
“Sudahlah, aku lebih suka kau mengejek daripada kau mengasihaniku seperti itu,” kataku dengan suara tegas.
“Hahaha…haha. Aku lupa satu hal lagi tentangmu!” kau kini tertawa, tapi aku tak tahu apa isi hatimu.
“Dulu…aku bahagia, saat kukatakan aku berhasil mencintaimu, namun akhirnya aku tahu juga. Itu bukan cinta. Sebab, perasaanku pada yang lainpun sama, sama seperti padamu,” setengah bergumam kata-kata itu meluncur dari bibirku.
“Saat itupun aku menyadari, kau tak mencintaiku sepenuh hati. Sebab, kau tak punya rasa cemburu, tak ada kebahagiaan berlebih di matamu saat kita bertemu dan berbincang-bincang. Walaupun kuakui kasih sayang dan perhatianmu membuatku bergetar. Saat itu, ingin kumiliki kau seutuhnya.” Matamu menerawang jauh.
“Lalu, kenapa tak kau katakan kalau itu bukan cinta? Kalau sebenarnya aku tak pernah jatuh cinta pada siapapun.”
Kucari jawaban pada kepulan asap rokok yang baru saja kau hembuskan.
“Aku tak ingin melihat orang yang kucintai kecewa!” Kulihat kau menarik nafas panjang, seperti ada beban dalam dadamu yang ingin kau hembuskan, bersama asap rokok yang kau hisap.
“Lalu tentangmu. Siapa pacarmu saat ini?” kataku lagi.
“Tak ada! Aku belum bisa mencintai perempuan selain dirimu. Pertama kali aku menyatakan cinta, aku berniat ingin menolongmu menemukan cinta pertama, meskipun saat itu belum tumbuh dalam jiwaku cinta seperti sekarang ini." Aku lihat kau menunduk sesaat lalu kau menatapku. Tatapanmu masih seperti dulu. Dan aku, tak suka kau menatapku seperti itu.
“Lalu apa yang akan kau perbuat untuk saat ini?”
“Aku menunggu jawabanmu!” Kata-katamu seperti petir di siang bolong. Aku berpikir kau mungkin sedang membuat sandiwara untuk membuatku tertawa.
“Kau bercanda kan?” kataku sambil menahan tawa.
“Tidak. Aku serius! Aku mohon kau menjawabnya. Apakah boleh, aku kembali menghiasi hari-harimu?” dalam ucapanmu aku terhanyut.
“Kau serius rupanya!” hanya kata itu yang mampu kuucapkan.
“Ya. Dan kau harus menjawabnya.”
Lalu kita berdua diam. Kembali mengakrabi senja yang semakin berwarna perunggu. Tanganmu mematikan rokok, menjadikannya sebagai penghuni asbak, kau menatapku. Menantikan sebuah jawaban.
“Terima kasih kau masih menyimpan cinta untukku, aku bahagia. Namun, aku tak ingin membohongimu dengan berpura-pura mencintaimu sepenuh hati. Padahal di satu sisi kau tak lebih berarti dengan yang lainnya. Aku mencintaimu sebagai sahabat,” kata demi kata kuucapkan. Perlahan tapi pasti.
Kulihat kau menghembuskan nafas dalam. Aku tahu, kau mencoba untuk tegar menghadapi kenyataan ini.
“Sudah kuduga jawabanmu. Tapi tetap saja, ada kekecewaan menghantui. Ahh…sudahlah, aku seharusnya bahagia, sebab kau mencintaiku sebagai sahabat.” Ada senyum yang dipaksakan pada kedua bibirmu.
“Lebih baik kau minum dulu! Lalu kau ceritakan hidupmu yang lain. Biarlah sepenggal kisah ini tak perlu kau simpan dalam memori. Agar kau tak akan terkenang lagi.”
“Mencintaimu bukankah tak harus mengubah warna senja?” pertanyaan itu tiba-tiba menghiasi perbincangan kita selepas maghrib. Membuatku berpikir.
“Apa maksudmu? Aku tak paham.”
“Mencintaimu tak harus kau balas dengan kau mencintaiku, sebab senja tetaplah senja.” Matamu kini kosong, hampa.
“Sudahlah…jangan kita lanjutkan obrolan ini. Aku ingin kau cerita tentang hidupmu yang lain. Kuliahmu, orangtuamu, atau segala hal tentangmu asal jangan membahas hal yang tadi,” kataku akhirnya.
“Kenapa? Kau takut?” kau berbicara seakan-akan mengancamku.
“Aku tak takut. Aku hanya khawatir kalau pada akhirnya nanti, kau akan kembali mempertanyakan satu hal kepadaku. Dan aku tak ingin menjawabnya untuk saat ini,” suaraku menggema.
“Kadang aku berpikir, kau adalah perempuan aneh,” kembali tanganmu menyalakan api, membakar rokok dan hanyut dalam kepulan asap putih.
“Itu karena kau terbiasa dengan perempuan yang bertolak belakang dengan sifatku.” Kutatap kembali raut wajahmu, kini kusadari bahwa dirimu semakin dewasa.
“Sejujurnya, aku ingin kau menerima cintaku. Lalu kita akan kembali mengulang masa indah dulu. Tapi, lagi-lagi aku harus berhadapan dengan kekecewaan,” katamu lagi. Ada guratan kesedihan pada matamu.
“Sudahlah, tokh pada akhirnya kau dan aku lebih cocok jadi sahabat. Aku menyadari hal itu, kau adalah sahabat terbaikku…”
“Tapi, aku punya satu pertanyaan terakhir untukmu,” katamu tanpa menunggu aku menyelesaikan kalimat.
“Tentu saja. Silahkan. Asal jangan mempertanyakan jawabanku atas permintaanmu, sebab aku tak bisa,” kataku.
“Tapi kau harus menjawabnya!” katamu dengan wajah memaksa.
“Kalau aku mampu. Tapi aku tak bisa berjanji.” Hatiku bertanya-tanya, apa pertanyaan yang hendak kau ajukan untukku.
“Arini. Kapan kau akan mulai jatuh cinta?” Pertanyaan yang meluncur mulus dari bibirmu membuatku tersentak.
Seperti ada sembilu yang mengiris hatiku. Bukan karena pertanyaan yang kau ajukan untukku, bukan. Bukan pula karena pertanyaan itu membuatku merasa bahwa kau sedang mengejekku, bukan. Bukan hal itu.
Aku hanya merasa. Sekarang ini aku berada dalam gua tanpa sedikitpun cahaya. Dan cahaya itu, entah kapan akan aku temukan. Aku hanya menunduk. Menatap lekat lantai tempatku berpijak. Aku berharap di bawah sana, ada cinta untukku.
Aku ingin mencintai seseorang. Tak peduli siapapun dia. Namun, entah kapan itu terjadi.
“Aku tak tahu, Pras! Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu.” ***
Would you Save our friendship
Deka Alifa
Awal Januari 2003
oleh bunda daan..

kejadian aneh

ANdin DDai Parkir 05 Mei jam 20:33 Laporkan
Terik mentari yang menembus awan-awan putih bagaikan anak panah yang jatuh ke bumi,menyinari semua kehidupan di bumi tanpa terkecuali. Nurani embun pagi dengan ramah menyambut pagi yang indah,membawa kedamaian bagi setiap makhluknya,namun tidak bagiku.
Deru kendaraan bermotor dipagi hari yang memekik ditelinga dan asap-asap knalpot yang menyingkirkan angin-angin sejuk membuat kerutan didahiku dan amarah yang meledak-ledak didalam jiwaku yang sedari tadi berdiri mematung bagaikan patung liberty hendak menyetop bus.
"Sial! Sial! Mana nih tiger?!!!" Rutukku tak tertahankan saat menanti kendaraan yang biasa kugunakan ke sekolah. "Kalau gak ada tiga prapat,angkot kek!" Amarahku kembali meledak-ledak. Sudah dari jam enam pagi aku berdiri disini bersama ayahku yang seperti biasa tidak akan kembali sebelum memastikan kalau aku sudah naik,berhubung aku masih kelas 8 SMP dan jarak SMPku cukup jauh. "Neng,gak bakal ada mobil! Pada demo sopirnya! Angkot,tiger,semuanya deh." Ucap seorang bapak yang kebetulan lewat. Aku tercengang mendengarnya,bayangkan saja! Hari ini hari Seni,dan giliran kelas 8 yang melaksanakan upacara bendera,belum lagi kepala sekolah yang sudah siaga digerbang dan siap memberikan hukuman pada kami yang terlambat. "Wah,kalau begitu ayah ngambil mobil dulu ya,kak. Gak bakal beres begini mah." Kata ayahku sambil menstarter motornya dan hendak kembali ke rumah untuk mengambil mobil.
Bersamaan dengan itu muncullah gadis berbaju seragam putih biru datang menghampiriku. "Lho? Belum naik? Kirai udah berangkat?" Tanya gadis bernama Tiwi itu. "Belum Tiw,gak ada mobil,pada demo,telat deh!" Jawabku ketus. "Hah? Demo? Kesiangan dong! Haduh mana si bapak udah pergi lagi!!" Ratapnya.
Setelah menunggu cukup lama,akhirnya sebuah mobil carry merah jadul dan mencolok muncul,itulah ayahku,bersama si 'merah' mobil kami. Aku dan Tiwi yang sudah lesu menunggu,langsung segar kembali. "Ayo naik! Tiwi juga ikut saja!" Ajak ayahku. Hatiku terasa lega kembali. Namun,masalah sebenarnya baru akan dimulai. Barisan bus dan angkutan umum memblokade jalan raya. Membuat aku dan Tiwi terpaksa menerjang barisan-barisan kokoh yang menghalangi jalan untuk si merah. Kami berjalan setengah berlari dari pom bensin Kali *l* sampai SMPN * CIKARANG UTARA tempatku bersekolah.
Berbalapan dengan anak-anak dari kelas unggulan yang juga ikut bermaraton. Hatiku sedikit terhibur melihat anak kelas unggulan yang biasanya selalu naik jemputan dan pasang stay cool padahal gak cool malah jadi kayak es krim cool-cool itu,megap-megap gak puguh karena terus bermaraton. Ya,aku tertawa diatas penderitaan...dalam hal ini kami semua,karena aku juga ikut menderita.
Dan akhirnya aku dan yang lainnya sampai di sebuah bangunan nan hijau,dengan setengah sadar tepat sebelum gerbang tertutup. Dan didepan sana,hal melelahkan lain sudah menunggu. "Bagi para siswa kelas 8 harap segera memasuki lapangan,sedangkan siswa kelas 9 dan 7,merapat ke masjid dan melaksanakan shalat dhuha!" "Hah..hah...hah.. Ampun deh!" Rutukku lagi. Tapi,bagiku itu tetap menyenangkan! Hehe..

Rabu, 27 April 2011

Izinkan ku Pergi By : Bunda Hannan

Takdir!
Dalam hati kadang masih ku tanyakan apa artinya takdir? Katanya takdir adalah garis yang memang sudah ditentukan Tuhan untuk kita. Tapi apakah kepergianku sekarang ini adalah juga bagian dari Takdir-Nya?

Memang hidup tak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dulu, pernah ku bayangkan kelak aku akan hidup bahagia dengan segala kerja kerasku, karena seperti pepatah bilang berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Artinya setiap kerja keras tak akan sia-sia!

Lulus SMA ku gadaikan ijazahku untuk dapat bekerja di sebuah Pabrik di Jakarta. Berharap bisa mengumpulkan uang, paling tidak untuk diri sendiri, belajar mandiri, syukur-syukur bisa membantu penghasilan Abah di kampung.

Bertahun-tahun, hidup susah sebagai buruh, terus ku patri bahwa suatu saat akan ada hasil yang akan ku petik. Berusaha tidak pulang kampung ketika lebaran dengan mengirim uang jatah THR, yang sebenarnya bisa kugunakan untuk ongkos mudik, sebagai penawar hati untuk bisa memberikan hasil jerih payahku ke Abah dan Mak.

“Maaf Bah, Jiah gak bisa pulang, maaf lahir batin aja ya Bah, buat Mak juga!” begitu 5 tahun terakhir ku lalui lebaran hanya melalui telpon dengan menelfon Abah di kampung.

“Apa kamu gak kepengen liat Mak? Adikmu si Badrun juga dah mau lulus SMA, barangkali kalau kamu pulang dia ngiler kerja kayak kamu di Jakarta.”

“Ya Bah, nanti kalau pekerjaan luang Bah, sekarang pekerjaan gak ada hentinya, sayang kalau lemburan gak diambil. Bukannya Abah sama Mak pengen punya anak kaya?” sambungku lagi sambil menghela nafas. “ Ya sudah Bah, kalau kiriman Jiah dah sampai dikabari aja, mudah-mudahan bisa manfaat”.

***
Ini lebaran yang ke-6 yang berarti tahun ke-6 aku bekerja di Jakarta dan tahun ke-6 pula aku tak pernah bersua Abah, Mak dan Badrun serta kerabat lainnya di kampung.

“Bah, kiriman THR Jiah sudah sampai kan?” tanyaku, karena ku fikir biasanya tidak lebih dari seminggu wesel sampai ke rumah. “ Ya, Badrun akan ke kantor pos besok buat ambil uangnya!”
“Apa kamu sehat? Abah kira tahun ini kamu akan pulang, paling tidak sambil memperkenalkan calon mantu buat Abah!” sambung Abah sambil sedikit menyindir.
“Iya Bah, doakan saja!” aku hanya menjawab sekenanya karena grogi, tak menyangka kalau Abah menagih calon mantu.

Selesai melepas kangen, maaf-maafan dan titip salam buat Mak, ku sudahi telpon dan terus terngiang di telinga tentang calon mantu buat Abah.

***

“Walah..Jiah, artinya saatnya tiba kamu hunting pangeran!” Canda Mey
“Ah Mey siapa yang mau sama cewek jelek dan kere kayak aku gini”
“Kamu bukan jelek Ji Cuma gak Pede..ada lho di pabrik yang suka tanya-tanya, biasanya cowok yang suka nanya-nanya cewek naksir tuh”
“Ah, males ah kalau punya suami karyawan pabrik juga, seumur hidup bisa kere”
Mey tertawa dan kamipun berpisah di pintu masuk pabrik karena memang kami beda ruang.

***
“Gila kamu Ji, secepat ini? Kamu dah yakin? Baru sebulan kenal udah mau merit?” Mey setengah histeris mendengar rencanaku.
“Aku mau mengubah nasib Mey, lagian Abah juga udah ngasih lampu hijau buat aku menikah, mungkin ini yang namanya takdir Mey, tiba-tiba datang Mas Aryo dan aku nyaman bersamanya”
“Tapi nikah itu buat seumur hidup Jiah”
”Iya, aku tau, perasaanku mengatakan Mas Aryo kiriman Tuhan di tengah kebuntuanku Mey. Buntu sebagai buruh yang hanya cape’ di badan sedang gaji hanya jadi tai’, buntu mencari tambatan hati untuk bisa membawaku pergi dari kelelahan sebagai pekerja, buntu mencari ‘teman sejati’ di ambang ketidak pedeanku”

Ya, pertemuanku dengan Mas Aryo memang seperti begitu saja terjadi. Saat itu aku sedang belanja keperluan bulanan di sebuah supermarket, tak sengaja dompetku terjatuh dan Mas Aryo yang menemukannya. Kita berkenalan setelah fihak informasi supermarket mengumumkan berita barang kehilangan. Saling bertukar nomer handphone dan chit chat sekedarnya dan kamipun berpisah.

Beberapa hari setelah itu, Mas Aryo telpon, lalu kami janjian makan, beberapa kali bertemu, rasanya ada perasaan nyaman dengan nya. Satu hal yang tidak pernah ku sangka Mas Aryo mengajukan diri untuk menjadi pendampingku, dan jika ku siap ia akan segera melamarku dan bertemu Abah. Bak hujan di tengah hari, aku disergap sejuta perasaan haru. Lalu kuputuskan minggu depan mengantar Mas Aryo pulang ke Malang buat bertemu Abah.

***
Aku baru saja melahirkan dan sementara tinggal di kampung bersama Abah dan Mak. Rutinitas sebagai buruh pabrik adalah masa laluku. Abah dan Mak merasa ramai dengan keberadaan kami, Aku dan Putra Adam, anakku. Tapi sebentar lagi Abah dan Mak hanya akan ditemani Adam.

Setelah menikah dengan Mas Aryo yang seorang calon Taruna, aku tetap bekerja, sedang Mas Aryo masih harus berjuang untuk bisa diangkat sebagai Taruna. Nyatanya memang takdir baik tidak berpihak kepadanya. Bukan Taruna dan gaji yang baik yang didapat, Mas Aryo malah harus keluar dan kini menganggur.

Sayangnya, Mas Aryo tidak pernah siap untuk kegagalan itu. Aku bersikukuh untuk tetap bertahan di Jakarta, mengontrak di kost-an ku dan masih sebagai buruh pabrik. Sedang Mas Aryo ternyata lebih memilih untuk tinggal di rumah orang tuanya meski tetap di Jakarta. Sesekali Mas Aryo menandangiku hanya untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Selebihnya, aku tetap berjuang seperti dulu, memutar gaji untuk bertahan hidup masih sebagai sebagai buruh namun dengan status istri. Aku hampir tak percaya, Mas Aryo tidak pernah mau menemaniku dan tinggal bersamaku layaknya suami istri. Statusnya yang pengangguran membuatnya berbeda dengan Aryo yang dulu pernah ku kenal. Tempramen dan sangat sensitive. Padahal aku mencoba menguatkannya bahwa kami bisa berjuang bersama, kalau ia mau, ia bisa melamar jadi karyawan pabrik. Tapi Mas Aryo tetap menginginkan menjadi seorang Taruna dengan status PNS yang sudah tak mungkin lagi ia raih. Memang tidak seminggu sekali Mas Aryo menandangiku untuk berhubungan suami istri, kadang sebulan, pernah tengah bulan ia datang lalu pergi lagi.

“Kenapa sih Mas tidak mau bersama di sini, maaf kalau aku sibuk di PT, tapi setidaknya kita bisa bersama berjuang di sini. Mas bisa cari kerja yang lain”
“Tidak Jiah, aku bukan tipe pekerja”

Ketika tahu aku hamil, Mas Aryo seperti biasa saja. Sedang aku yang menjadi sangat limbung. Aku tidak bisa terus bekerja dan mengirim uang ke Abah dan Mak kelak kalau aku ketahuan hamil. Sudah jadi rahasia umum bahwa banyak PT yang tidak mau rugi dan akan segera mengambil tindakan ketika mengetahui karyawatinya hamil. Mereka tidak mau ambil resiko memberikan cuti hamil dan memberikan pesangon. Jadi, sesegera mungkin pihak HRD akan meminta kami mengundurkan diri tanpa pesangon dan jaminan apapun. Habis manis sepah dibuang, begitulah kiranya.

“Ya itu anakku, lalu aku harus bagaimana? Semua orang tahu aku suamimu dan tak akan menuduhmu macam-macam Jiah”
“Ya, tapi aturan PT, aku harus berhenti, lalu bagaimana aku harus bertahan? Kalau Mas sudah bekerja aku masih merasa ringan”
“Kalau kamu paksa aku bekerja, aku tidak akan bekerja Jiah, aku calon Taruna, aku akan tetap jadi Taruna”
“Tapi nyatanya Mas tidak pernah jadi Taruna, bahkan kini menganggur tanpa ada kepastian”
“Lalu??”
“Berbuatlah sesuatu atau…”
“Ku pulang kan saja kamu ke Abah dan Mak di Malang!”

Deg, segampang itu Mas Aryo berucap dan aku hanya bisa diam. Tak sanggup menangis lagi.

***
“Izinkah Jiah pergi Bah, Mak!”

Abah dan Mak hanya bisa menangis, Abah memelukku dan Mak hanya diam duduk sambil menggendong Adam.

“Arab Saudi itu jauh Jiah, Mak tidak pernah membayangkan kamu akan berada sejauh itu, bagaimana kalau ada apa-apa dengan mu?”
“Restu Abah dan Mak Insya Allah menjadi pelindungku, Adam harus punya masa depan Mak! Jiah tidak bisa bekerja yang lain, kembali ke PT di Jakarta tidak mungkin karena mereka tidak mau menerima Jiah lagi, cari kerja yang lain susah, kini ada peluang, biarlah Jiah ambil, meski jauh mudah-mudahan ini jalan rizki buat Adam”

“Ah….Mana Aryo mu itu, tega benar dia berbuat seperti ini, menelantarkan anak dan cucuku!” teriak Abah geram

“Sudah lah Bah, tidak bisa Jiah mengandalkan Mas Aryo, dia tidak akan pernah bergeming, mungkin ini sudah takdir Jiah, biarlah Jiah jalani dengan ikhlas. Dengan doa Abah, Jiah akan ringan melangkah”.

“Biarlah Adam jadi pengobat rindu!” Ujarku menguatkan Abah dan Mak.

Hari itu, kembali ku tinggalkan Malang, menuju Bandara Soekarno Hatta dan bersama calon tenaga kerja wanita (TKW) lainnya aku akan terbang ke Arab Saudi. Mengadu nasib, mengais rizki dan menjalani takdir hidup. Banyak kabar ngeri yang sampai ke telingaku tentang kejamnya bekerja di Arab Saudi sebagai TKW, namun itu tidak menyurutkanku untuk tetap pergi.

“Izinkan Jiah pergi Bah, Mak!. Titip Adam! Doakan Jiah bisa kembali!”

24 April 2010

Selasa, 05 April 2011

berpositif thinkink............

Optimis.
kamu harus yakin dengan diri kamu sendiri,dengan kemampuan yang kamu miliki,jangan pesimis dulu karena jika kamu selalu pesimis kamu gak kan pernah mendapatkan sesuatu yang kamu pasti bisa melakukannya


bersyukur dengan apa yang kamu miliki
bersyukur dengan segala apa yang di telah anugrahkan,jangan kamu selalu mengeluh dengan kekurangan yang kamu punya jadikan kekurangan itu justrul menjadi sesuatu yang bisa kamu banggakan

 menjadi orang yang lebih dewasa
bukan berarti jika kamu berfikir positif kamu tidak akan mendapatkan masalah,karena masalah sudah ada saat kamu lahir dan seharusnya masalah itu kamu jadikan sebagai ujian untuk kamu melangkah lebih maju kedepan,jangan malahan terpuruk dan menjadi lemah

memilih sesuatu yang baik,menyenangkan untuk kita dan orang lain
kamu bisa memulai harimu dengan senyuman dan keceriaan,karena dengan membagi sesuatu yang baik kamu dapat sesuatu yang baik juga

bersikap semangat
lakukanlah sesuatu yang kamu kerjakan dengan semangat,karena dengan semangat itu dapat memlakukan pekerjaan kamu dengan baik.

humoris.
jika kamu banyak tertawa, kamu akan sehat. Tawa itu mengeluarkan kimiawi tertentu dalam tubuhmu yang merangsangmu dan dapat memebantumu bertumbuh dengan sehat. Humor dan tertawa itu sehat.

rendah hati
Kalau kamu benar benar berkepentingan terhadap sesame, mereka akan melihat kualitas baikmu seandainyapun kamu tidak mengiklankannya. Mereka tidak akan merasa bahwa kamu berusaha memanipulasi mereka, berbuatlah untuk sesama karena Tuhanmu

Senin, 04 April 2011

Hanya kamu..selalu..

#hai din..w perhatiin akhir-akhir ini loe sering chating,jangan2 loe lagi nyari pengganti davit,yaaaa..mmm ayo ngaku?(usil santi mengganggu dinda)
   #yey..sirik aja sih loe,gakkk lah... gue lagi dapet temen baru aja anaknya asik,gue langsung nyambung gitu ama dia,,,padahal baru seminggu gue temenan tapi udah bayak kesamaan gitu antara gue ama dia....
   #eh tapi bukanya..loe masih sayang banget ya ma davit,knp loe dah cepet banget dapet pengganti dia gini din??dasar loe,,,
   #santi sahabat gue yang paling cantik,,,denger ya,gue ama si MR EDWARD CULLEN ini,cuma sekedar temen chatting aja,gakk lebih...tetep aja di dalam hati gue masih,ada davit walaupun status gue ama dia udah,gak pacaran lagi......
   #iyadah,,,,,,percaya gue,tapi siapa tau aja.........hehehehehe,eh siapa tadi namanya MR.EDWARD CULLEN ehmm..ehm...dan loe ISABELLAnya  gitu....hahay jodoh dahhhhhhhh..sama percis kaya di film TWILIGHT...
   #ihh,,,,,,,,apaan sih loe,,,rese dechh.......eh san,ntar pulang sekolah loe temenin gue yuk,nyari kaset MARCEL...
   # okedeh...yaudah sekarang gue ke kelas duluan ya,lanjutin dah tuh chatingannya.........
                                                   
                                                        ***   ***   ***  
   # ayo san...lama bgt sih loe?
   # sabar noon dinda yang cantik...sory tadi gue harus ngecek persiapan buat acara party,di sekolah kita nanti...maklum guekan ketua panitianya....
   # ehmmmm.....so aktif loe......emang kapan sih acaranya?
   # minggu ini,dua hari lagi,loe harus dateng ya gak boleh gak dateng,,,gue yakin loe pasti suka banget karena acaranya nanti,bakalan seru abizzz,,,pokoknya loe harus janji loe dateng ya.
   #btw,tumben amat loe…maksa gue harus ikut?da angina pa nie….
   #ya…gue pengen aja loe dateng,soalnya kan loe paling males banget dateng ke acara kayak gini…ya kan…..

   #iya dehh.. iya....gue dateng,,,yaudah yuk...kita jalan......
   #lest go......
                                                      ***   ***   ***
“sesampainya di mall..........
   #kok dari tadi,gue nyari2 gak ada,kasetnya ya san..........udah berapa kali gue ubek2 nie tempat kaset?tapi gue belum juga nemuin.
   #emang loe nyari kaset apa sih,din???
   #kasetnya MARCEL yang peri cintaku.............
   #di sebelah sana kalie......yaudah loe nyari di samping,,,gue yang nyari di sini....
   #oke,gue ke sampimg dulu ya...........
“ih mana sih tu..kaset...(menggerutu dinda)....
   #loe lagi nyari,kaset ini ya???(bertanya davit)
   #oh..iya...bener...ini,ka_set_nya....(tiba-tiba dinda langsung diem)
   #haiiiiiiiiii.......dinda?
   #hah,,,DAVIT
(dinda langsung menjatuhkan kasetnya dan pergi)
                                                    ***   ***   ***
“Ke esokan harinya…..
     #san  sory banget yaaa,,, kemaren gue ninggalin loe, sory san,loe marah ya ma gue….san ngomong dong,san loe marah ya?
      #gak..(santi dengan tampang jutek)
      #truzzz…kalo gak marah,kenapa semalem gue sms loe ga balez,gue telpon berkali-kali gak diangkat…mav banget san,soalnya kemaren itu ada davit..ya jadinya…….
      #truz,jadihya kalo ada davit,gue di tinggal gitu…
       #bukan gitu juga,san…dengerin gue dulu,kemaren gue juga gak tau bakalan ketemu dia,gue kaget san,gak nyangka aja akan ketemu dia,loe juga taukan gue kalo di sekolah juga gimana kalo ada dia menjauh,,,jadi gue kaget,kemarin dia kayak gitu ke gue……
       #truzz..nanti kalo kita pergi berdua lagu ada dia lagi,gue di tinggal lagi gitu…..
       #ya..ya..maaf,gue janji kalo ada dia lagi,gue gak ninggal loe kayak kemaren…ayo dong,san jangan ngambek truzzz,w traktir dehhh,,gimana?mau ya..ya..ya
       #iya……..dindaku yang cantik,gue gak marah lagi,tapi lain kali gue gak mau kejadian kayak kemarin,terulang kembali..lagian,loe kan gak mesti kabur gitu kalo ada dia,loe juga putus ama dia gara2 masalah sepelekan ,semestinya,kalian berdua bisa jadi sahabat..gak saling menjauh gini….
      #gue akuin ini salah gue,gue yang truz,menghindar san…gak tau kenapa gue juga….
      #ya loe gakk..boleh gitu din,dewasa donk ………
       #IYA..IYA…yaudah yuk,,,kita makan……….
                                                                       ***   ***   ***
“Keesokan harinya………….
       #hai..din,gak lain…loe pasti lagi chatingan…..gimana tuh kabarnya teman chatingan loe,,siapa,,mmmmm MR.EDWARD CULLEN…
       #dia baik…nanti sore gue mau ketemuan ma dia..gue udah gak sabar,pingin ketemu..mmm kira-kira tampangnya gimana yahhh…mudah-mudahan sih beneran mirip Edward Cullen,,hehehehe
       #uhhhhhh,,,ngarep loe?tapikan malamnya ada acara party,loe datengkan….
       #oh..iya..ya…tenang aja san gue pasti dateng kok,lagi pula si MR,EDWARD CULLEN ni anak sekolah sini juga kok,san….
       #hah..serius loe,tapi sory ya,,din sekarang gue gak bisa nemenin loe,gue mesti ngurusin persiapan buat acara nanti malem,,gppkan
     #ya,,,gak apa-apa kok……yaudah ya san gue pulang duluan,gue mau siap-siap dulu…gue udah gak sabar mau ketemu dia…
     #yaudah gih sana…..good luck ya cantik…….
                                                                       ***   ***   ***
“Ketika di cafĂ©……
Mana sih ni si MR.EDWARD CULLEN…………gak muncul-muncul….uhhhhh boring dech..gue
      #permisi..ISABELLA……………….
      #ehmmm….yah………..kamu?
      #iya saya..MR.EDWARD CULLEN….
      #lohh...kenapa harus ditutup topeng gitu wajahnya…
      #emmm…boleh saya duduk dulu….
      #ohhh..iya ma`af…silahkan…..
      #sengaja..biar kamu tambah penasaran,oh ini saya punya sesuatu buat kamu…
      #apa ini?ahh,kaset marcel,thanks banget yaa..udah lama banget gue kepingin punya kaset ini,soalnya lagunya gue suka banget..mmm sekali lagi thanks banget loh…btw,buka donk tuh..topeng?(penasaran dinda)
       # kan,tadi saya udah bilang…nanti sa`at acara party,kamu bisa ,melihat wajah saya….
       # emmmm…yaudah deh…abiss gue gak sabar pingin cepet-cepet ngelihat loe…….
                                                                              ***   ***   ***
“Ketika acara party……
        #sekarang kita udah di sini..katanya loe akan kasih lihat wajah loe, cepet buka topengnya gue udah gak sabar,pengen lihat………
         #oke saya akan buka,tapi ada persyaratannya,baru saya akan buka?
         #mmm…kok pake persyaratan segala sich………..okedeh apa syaratnya?
         #ketika saya membuka topeng ini kamu jangan pergi……..setuju
         #mmm…oke….
         # gue DAVIT….
         #hahhhh…………davit…
          #iya gue davit…..din,plies loe jangan pergi,gue Cuma mau..mengklarifikasi,soal hubunga kita ,loe jangan menghindar truz dari gue…       
         #mmm…..(dinda hanya diam)
       #din…sory soal kejadian waktu itu,,,yang pasti gue sama dia Cuma sekedar kenal aja gak lebih..sekarang loe mau ma’afin gue aja gue udah seneng banget..plies ma’fin gue……
      #mmm…(dinda kembali diam)
      #din dihati gue,,Cuma akan selalu ada loe…peri cintaku”
      #hemmm…gue ma’afin loe….
      #serius din,thanks…loe udah mau ma’afin gue aja…gue seneng banget…
     #gue akan,,selalu jadi peri cinta dalam hidup loe kok…karena kemarin emang salah gue juga,yang salah paham ke loe…gue sekarang akan lebih dewasa mengenai hubungan kita ini…
     #mmm…loe bener-bener buat gue gak tau mesti apa din..gue seneng banget…gue mau teriak….
    #teriak apa???
    #DINDA GUE GAK AKAN PERNAH BUAT LOE MENGELUARKAN AIR MATA SEDKITPUN…GUE AKAN BUAT LOE SLALU TERSENYUM..
       Semua orang langsung bertepuk tangan,,,

di buat oleh:
ADISTA PUTRI CHANIDAR

sebuah mimpi

mimpi...entah kita juga tak tahu berasal dari mana....
mimpi" karena mimpi itulah aku dapat berkreasi dari kreasi itu aku dapat berseni...
   seorang pemimpi itu.seperti layaknya susu di dalam gelas..jika susu itu di minum..maka kita dapat merasakan nikmatnya..tapi jika susu itu kita diamkan saja dia akan di perebutkan sebut dan habis...sama halnya dengan seorang pemipi..jika seorng pemimpi itu membuat apa yang ia impikan itu jadi kenyata'an...maka ia akan merasakan suatu rasa kebangga'an bahkan terkadang dari subuah mimpi itu akan ada keberuntungan..tapi jika seorang pemimpi itu hanya membiarkan mimpi-mimpnya itu menghilang takkan ada sesuatu yang ia dapatkan dari sebuah mimpi itu..
    namun..jika kita ingin mewujudkan sebuah mimpi itu tak semudah membalikan telapak tangan,,,butuh niat yang kuat,usaha,kerja keras,dan yakin akan kemampuan diri kita...sesungguhnya keberhasilan yang sempurna u akan sangat sempurna apa bila kita mendapatkannya dengan kerja keras....
....hanya bermula dari sebuah impian....kita akan dapat merasakan betapa berartinya hidup ini...........


di buat oleh:
apc